Ayo membaca, Kiki!


Mama sering sekali mengajak Kiki jalan-jalan. Entah itu hanya ke rumah nenek atau pun ke tukang jahit tempat mama biasa menjahitkan baju.

Biasanya sehabis mengajak Kiki jalan-jalan Mama membelikan es krim sebagai hadiah karena telah menemani Mama.

Kiki masih berusia 4 tahun. Akan tetapi, kecerdasannya sudah terlihat.

reading_large

Kiki sudah pintar membaca dan mengenal angka sejak umur 3 tahun. Ia juga sudah bisa membedakan warna. Mama dan Papa sangat bangga sama Kiki.

Ia selalu bertanya ini dan itu.

“Ma, kenapa kodok sukanya loncat-loncat?”

“Ma, kenapa batu tenggelam pas aku cemplungin ke air? Kenapa bola plastikku enggak tenggelam?”

“Pa, kok mobil harus isi bensin?”

Mama dan Papa dengan sabar selalu menjawab pertanyaan Kiki.

Setiap malam, biasanya Mama dan Kiki membaca buku-buku ensiklopedi mini yang Papa belikan sehabis pulang kerja.

Mama menceritakan apa-apa saja yang ada di dalam buku tersebut. Kiki suka selalu mendengarnya. Mama bercerita hingga Kiki tertidur lelap.

Suatu hari, Mama mengajak Kiki bermain ke Paud di dekat rumahnya. Kiki terlihat yang paling cerdas di sana. Ketika semua teman-temannya masih bersusah payah mengeja, Kiki sudah pandai membaca.

Akan tetapi, karena Mam dan Papa selalu menjawab apa saja yang Kiki tanyakan, Kiki lama-lama jadi malas membaca.

Ia hanya terus bertanya kepada kedua orangtuanya jika ia tidak mengerti sesuatu.

Biasanya, Kiki masih mau membuka-buka ensiklopedia mininya dan mencari jawabannya di sana.

“Ki, kenapa sekarang jadi jarang membaca? Kamu bosan sama bukunya?” Mama bertanya pada Kiki yang lagi sibuk bermain mobil-mobilan.

“Kan, Mama selalu jawab pertanyaan Kiki. Buat apalagi membaca?” Kiki menjawab dengan polos.

Mama tersenyum. Dasar anak kecil, gumam Mama.

“Ki, kalau Mama atau Papa pergi, nanti Kiki nanya sama siapa kalo Kiki malas membaca?” Mama coba memberitahu Kiki pelan-pelan.

“Mama sama Papa mau kemana? Kok Kiki gak diajak?”

“Bukan gak diajak. Suatu saat kalo Mama sama Papa harus pergi ke suatu tempat dan Kiki gak bisa ikut terus Kiki tiba-tiba mau bertanya kan Kiki harus baca buku,” terang Mama.

“Buku itu dibaca bukan hanya ketika kita lagi kebingungan, sayang. Kita harus banyak membaca supaya pengetahuan kita meluas. Kita harus mengasah kemampuan otak kita dengan membaca. Mama dan Papa yang sudah besar aja gak berenti membaca, lho!” lanjut Mama lagi.

Kiki yang mendengarnya tampak berpikir. Matanya berkedip-kedip.

“Kiki anak yang pintar. Jarang anak sekecil Kiki sudah bisa membaca. Nah, kemampuan ini harus kita syukuri dengan melakukannya sering-sering, ya!” Mama menasehati Kiki lagi.

Kiki mengangguk. Tampaknya ia mulai mengerti. Ia tersenyum pada Mamanya.

“Nanti suatu saat Kiki akan menciptakan buku yang bisa ngomong sendiri! Biar semua orang bisa menngetahui apa yang ada di dalam isi buku tanpa membacanya! Horeeee!” Kiki melonjak-lonjak kegirangan.

Mama terkejut mendengarnya. Ia menahan tawa.

Ah! Dasar anak-anak, khayalannya emang suka kemana-mana. Hihihi.

“Ah, pokoknya terserah kamu mau bikin apa yang penting jangan males bacaaaa, ya anakku sayang!” seru Mama sambil meggelitik perut Kiki.

Kiki menggeliat kegelian. Tawanya meledak.

“Nanti Kiki buatkan buku yang bisa ngomong khusus Mama dan Papa,” Kiki berujar dalam hati.

Ia sangat sayang Mama dan Papanya. Ia mau memberi hadiah untuk Mama dan Papa nya yang tidak pernah lelah membacakan cerita untuknya dan mengajarkan arti penting dari membaca.

1 thoughts on “Ayo membaca, Kiki!

Tinggalkan komentar